
Trend ‘Citayam Fashion Weeks’ Dilihat dari Kacamata Teori Sociomateriality Wanda J Orlikowski
PERKEMBANGAN sosial media membuat seseorang merasakan kemudahan dalam mengakses sesuatu ataupun mencari informasi baik itu dari segi informasi yang bersifat penting maupun yang bersifat entertainment. Namun yang kita lihat sekarang rata-rata pengguna sosial media di Indonesia lebih menyukai konten hiburan ketimbang konten-konten edukasi.
Menurut data dari We Are Social pengguna aktif media sosial di Indonesia pada Januari 2022 mengalami pertumbuhan sebesar 12,35% dari tahun lalu, yang mana pengguna aktif media sosial pada awal tahun 2022 sebanyak 191 juta orang sedangkan pada tahun 2021 sebanyak 170 juta orang. Artinya jika dilihat dari total populasi masyarakat Indonesia sebanyak 273,5 juta orang berarti hampir dari setengah penduduk Indonesia telah menjadi pengguna aktif media sosial.
Pada laporan tersebut juga dikatakan bahwa media sosial yang paling sering digunakan oleh masyarakat Indonesia yaitu WhatsApp dengan persentase 88,7%, kemudian Facebook 84,8%, Instagram 81,3%, Tiktok 63,1% dan Telegram yang mempunyai persentase 62,8%. Dan data tersebut juga sama seperti laporan Status Literasi Digital Indonesia 2021 yang dirilis Kementerian Komunikasi dan Informasi bersama Katadata Insight Center (KIC).
Dari data diatas bisa disimpulkan bahwa alur penyebaran infomarsi begitu cepat di sosial media saat ini.
Trend “Citayam Fashion Weeks” tidak lepas dari pengaruh sosial media yang begitu cepat dengan tersebarnya beberapa video wawancara anak-anak remaja dengan pakaian yang begitu nyentrik dan khas. Dan juga kepolosan dari para remaja ketika menjawab pertanyaan dari wawancara yang menyebar begitu cepat di sosial media Instagram dan TikTok.
Trend tersebut viral pada bulan Juli 2022 hingga akhirnya daerah Citayam yang berada di daerah Dukuh Atas Jakarta Pusat tepatnya dijalan Sudirman menjadi ramai orang untuk datang kesana melihat dan menyaksikan para remaja yang berjalan di zebra cross hingga terlihat seperti model dengan memperlihatkan busana atau pakaian yang khas dan begitu nyetrik. Dari artis, influencer hingga pejabat publik ikut meramaikan trend “Citayam Fashion Weeks”.
Jika trend “Citayam Fashion Weeks” dilihat dari Sociomateriality Fenomenon maka ada keterkaitannya yang mana dalam fenomena sosial materialitstik itu sendiri membawa pengaruh dalam interaksi dan kebiasaan yang berubah karena mudah terpengaruh untuk mengikuti sesuatu, Wanda J Orlikowski (2012) juga mengatakan bahwa manusia dan teknologi komunikasi menyatu yang artinya adanya interaksi dan mempengaruhi satu dengan lainnya. Dan tentu saja bahwa trend tersebut lahir karena tercipta dari pengaruh sosial media itu sendiri. Penyebaran yang begitu cepat hingga akhirnya menjadi viral yang akhirnya banyak orang-orang terpengaruh untuk mengikuti trend tersebut.
Namun dibalik trend tersebut juga menciptakan kesan yang positif maupun negative dikalangan masyarakat pengguna sosial media. Banyak orang yang ramai akhirnya ikut juga membuat konten serupa pada setiap daerah di Indonesia karena terpengaruh dan kesannya hanya sekedar ikut-ikutan sebagai ajang pembuktian diri ataupun kalangan pejabat publik yang kesannya hanya mencari panggung dari ketenaran trend tersebut. Jika dilihat sisi positive dari trend tersebut maka bisa dikatakan bahwa anak-anak muda atau remaja mempunyai kreatifitas yang begitu bagus. Maka jika dilihat dari sudut pandang Sociomateriality Fenomenon disimpulkan bahwa trend tersebut jelas mempengaruhi dan mempunyai dampak tergantung bagaimana kita melihatnya dan menilai apakah trend tersebut membawa positive ataupun malah negative.
Ditulis Oleh Ari Rahmadi Mahasiwa Magister Ilmu Komunikasi Universitas Bengkulu
Bengkulu, 20 Desember 2022